Meski Berada di Sawah dan Hutan, Petani dan Penyadap Getah Karet Dapat Edukasi dan Literasi Antisipasi Berita Hoaks Pemilu 2024
Nagekeo, (SindikasiIndonesia.id) – Petani daerah asal Malawitu Nagekeo, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) siap sinergis dengan penyelenggara pemilu, khususnya dalam menangkal berita hoaks pada Pemilu 2024.
Hal ini mengingat petani adalah kelompok yang rentanx termakan isu hoaks terlebih ditahun politik seperti saat ini.
Hal ini diungkapkan Fransiskus X Waja (30) atau yang akrab disapa Andi, salah seorang petani Malawitu asal Boanio di Desa Olaia, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo Flores, NTT.
Dirinya berharap penyelenggara pemilu juga melakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat, agar masyarakat tidak mudah termakan isu hoaks.
“Kalau dari sisi petani kami mengharapkan edukasi pemilu dari lembaga penyelenggara dalam hal ini KPU dan Panwaslu baik dalam bentuk sosialisasi langsung maupun menggunakan media reklame,” ujar Andi, Sabtu 16 Desember 2023.
Andi menambahkan, bahwa petani kerapkali menjadi korban dari penyebaran berita hoaks lantaran kurangnya verifikasi informasi terutama dari media digital dan medsos.
“Hal ini dipengaruhi oleh keadaan petani yang cenderung pasif, dalam menerima informasi dari sumber sumber diatas tanpa mengkroscek kebenarannya,” tuturnya.
Petani muda Olaia itu meneruskan harapan, agar penyelenggaraan pemilu yang damai tanpa hoaks bisa berjalan. Terutama peran sosialisasi dan pengawasan di daerah, harus tanggap untuk membantu petani memilah mana isu dan informasi politik yang benar dan mana yang hoaks.
“Kalau peran sesama petani mensosialisasikan bahaya hoaks tentunya kita hanya menggunakan diskusi dan proses sharing informasi. Sejauh ini langkah ini hanya langkah ini yang bisa dilakukan didalam kelompok proses verifikasi dan sosialisasi informasi bisa dibangun dari referensi referensi perorangan untuk menemukan indikasi hoaks atau bukan” papar Andi.
Andi yang merupakan alumnus salah satu perguruan tinggi di Bandung jurusan Ilmu kominikasi itu juga menambahkan, bahwa di era digitalisasi tentu petani yang dibantu oleh pihak penyelenggara pemilu lebih mudah melakukan cross check informasi.
“Di-era digitalisasi ini kita tentunya bisa lebih mudah melakukan kolaborasi untuk menangkal hoaks. Dengan gadget yang bisa mengakses internet tentu kita bisa merujuk darimana dan oleh siapa informasi itu diberikan. Demikian juga dengan pihak penyelenggara pemilu tentu peka dengan isu isu politik yang beredar dan segera mengklarifikasi ataupun melakukan kontra strategi lainnya guna meredam hoaks dan dampaknya, agar tidak makin menyebar, ” tutupnya.
Salah satu petani lainnya, Waja (45) mengharapkan pemilu tanpa adanya penyebaran berita hoaks, karena hal tersebut sangat berdampak bagi masyarakat khususnya di kalangan petani sangat terasa.
“Mengingat situasi sosial, terutama bagi masyarakat pedesaan dan kelompok sosial komunal daerah perkampungan, ” terang Waja di Desa Olaia, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo Flores, NTT.
Menanggapi bahaya hoaks, Waja menerangkan bahwa langkah kongkrit dalam menanggapi isu hoaks dikalangan kelompoknya tentunya kembali ke pribadi masing masing.
“Walaupun menurut saya hal ini berat, karena umumnya golongan petani sangat dogmatis menerima isu isu politik tanpa verifikasi”, tandas Waja.
Di Jabar, petani yang tergabung dalam Kelompok tani hutan (KTH) Mitra Sawargi Desa Mekarraya, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, melalui ketuanya Aman
Sopandi mengatakan, terkait berita bohong (hoaks), pihaknya sering mendengar dari media sosial.
“Namun kita juga wajib dan harus paham tentang bahaya berita hoaks atau berita bohong, di kalangan para petani hutan karena ini bisa menjadi sumber disintegrasi di kalangan masyarakat bawah.
Oleh karena itu penting bagi para petani kecil ini mengetahui tentang bahayanya hoaks atau berita bohong, ” jelasnya, Sabtu 16 Desember 2023.
Aman menambahkan, petani hutan juga kerap mendapatkan sosialisasi dari pemangku kebijakan tentang bahaya berita hoaks.
“Kita kan di hutan hampir tiap hari, selalu ada pihak desa, koramil, polsek dan polisi hutan memantau kami, dan berinteraksi soal bahaya berita hoaks, ” jelasnya.
Diakuinya, saat pemilu 2024 ini petani di hutan juga selalu memantau perkembangan pemberitaan pemilu 2024.
“Karena sekarang era digital, banyak berita di media sosial. Saya selalu ketua selalu menyempatkan diskusi dengan para petani hutan agar tak termakan berita hoaks, ” paparnya.
Sementara itu di Kabupaten Bandung Barat, salah seorang penyadap getah di bkph Padalarang, Rahmat siswono mengatakan beberapa petani sadapan getah yang sehari hari nya tinggal di hutan untuk masalah berita bohong atau hoaks pihaknya kurang mengikuti karena kami setiap hari tinggal di hutan.
“Kendati demikian kami hanya tau berita bohong atau hoaks tersebut dari handphone, untuk literasi agar tak termakan hoaks apalagi mau pemilu saat ini, kami mendapatkan literasi dari Polisi Hutan dan pemangku kebijakan hutan di Perhutani wilayah Bandung Utara, ” paparnya.