Gen Z Jadi Pemilih Terbesar di Pemilu 2024, Miliki Peran Penting Dalam Menangkal Hoaks Pemilu
Bandung, (SindikasiIndonesia.id) – Ancaman hoaks makin hari makin menghawatirkan, berbagai lembaga survei menyatakan bahwa penyebaran hoaks sudah mulai meningkat saat memasuki tahun politik pada Pemilu 2024.
Peningkatan penyebaran hoaks juga kembali meningkat, saat penetapan para calon presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu.
Tak sampai disitu, peningkatan hoaks juga kembali meningkat usai penyelenggaraan debat antara capres dan debat antara cawapres yang diselenggrakan oleh KPU RI belum lama ini.
Untuk menangkal penyebaran hoaks yang begitu masif di berbagai platform yang ada di media sosial, seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang harus turut andil mengambil peran.
Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Pasundan (Unpas) Tresia Wulandari menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan cara paling efektif saat ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mereka tidak mudah terprovokasi hoaks atau berita bohong.
Diakui Tresia, bahwa untuk anak-anak muda yang akrab disapa milenial dan gen Z dimana mereka sangat dekat dengan media sosial, menjadi target utama pencegahan atau sosialisasi anti hoaks tersebut.
‘Dimana gen Z ini dianggap memiliki peran yang cukup penting saat ini untuk menciptakan pemilu yang penuh makna dan berkualitas, ” jelasnya, Senin 25 Desember 2023.
Ditambahkannya, bahwa saat ini generasi milenial dan generasi Z menjadi kelompok pemilih dengan jumlah terbesar di Pemilu 2024.
“Pemilih pemula atau first time vooters, memiliki peran penting dalam menciptakan pemilu yang penuh makna dan berkualitas karena memiliki antusiasme tinggi. Survei menunjukkan generasi milenial dan generasi Z diprediksi menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar di Pemilu 2024,” jelas Tresia.
Tresia menegaskan, bahwa hoaks atau berita bohong saat ini dianggap ancaman bagi mereka di usia yang masih muda dengan tingkat kelabilan mereka yang amat tinggi.
“Jadi dengan adanya hoaks, kelompok muda ini bisa saja menjadi apatis sehingga rentan dimanfaatkan oleh segelintir kelompok demi kepentingan politik mereka, ” tegasnya.
Generasi Z juga sangat rentan dipengaruhi oleh kepentingan politik dan kelompok tertentu. Karena kurangnya pemahaman tentang dunia politik.
“Hal tersebut karena kurangnya pemahaman tentang dunia politik, sehingga bisa saja melahirkan golongan yang apatis,” jelas Tresia.
Tresia menambahkan, bahwa ini selain sosialisasi yang dilakukan oleh banyak lapisan masyarakat terkait bahaya hoaks, sosialisasi literasi juga amat sangat penting.
“Fenomena tersebut sangat erat kaitannya dengan penggunaan media massa yang mudah dimasuki oleh berita bohong (Hoaks), oleh karena itu sangat penting sosialisasi penangkalan hoaks yang diberikan, salah satunya literasi politik melalui Focused Group Discussion (FGD) dan pembelajaran berbau politik tanpa melibatkan kepentingan politik salah satu pihak,” tandasnya.
Lebih lanjut dirinya meyakini, bahwa hoaks yang bermuatan politis bisa menjadi sumber perpecahan di masyarakat, maka dari itu dirinya menghimbau agar siapapun saat ini yang mendapatkan sebuah informasi, jangan mudah percaya sebelum melakukan kroscek kepada sumber-sumber yang bisa dipercaya.
“Hoaks besifat politis berpotensi menjadi sumber perpecahan dan menimbulkan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Di era digital seperti saat ini, untuk mengecek berita tersebut hoaks atau tidak bisa memanfaatkan kanal resmi dari kominfo untuk mengecek kebenaran berita, ” paparnya.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh masyarakat agar untuk menyaring seluruh informasi sebelum melakukan sharing (membagikan) informasi tersebut.
“Mari saring sebelum sharing untuk menjadi pemilih cerdas, guna menciptakan iklim pesta demokrasi yang menyenangkan dan berkualitas dalam menyambut Pemilu 2024,” tutupnya.***